Strategi Dynamic Pricing untuk Maksimalkan Pendapatan Villa & Guesthouse

Dalam industri hospitality, harga bukan sekadar angka. Tarif kamar yang ditetapkan di OTA (Online Travel Agent) menentukan seberapa sering properti muncul di hasil pencarian, seberapa menarik penawarannya dibanding kompetitor, hingga seberapa besar pendapatan yang bisa dikumpulkan. Karena itu, strategi dynamic pricing menjadi kunci penting, terutama untuk villa, guesthouse, dan homestay berskala kecil yang bersaing ketat di marketplace OTA.

Mengapa Dynamic Pricing Penting

Tren Permintaan Pasar 2025

Data STR Global menunjukkan tren wisata domestik dan internasional terus meningkat, namun dengan pola permintaan yang fluktuatif. Ada puncak permintaan pada musim liburan sekolah, akhir tahun, dan periode long weekend, diselingi low season yang panjang. Harga statis sepanjang tahun membuat properti kehilangan peluang di puncak permintaan, sekaligus berisiko underperform di periode sepi.

Dampak pada Tingkat Okupansi

Properti yang menyesuaikan harga secara fleksibel terbukti memiliki tingkat okupansi lebih stabil. Dengan dynamic pricing, harga dapat dinaikkan saat demand tinggi, sekaligus diturunkan sedikit di low season agar kamar tetap terjual. Hasil akhirnya adalah pendapatan yang lebih konsisten, bukan sekadar angka okupansi tinggi tapi revenue stagnan.

Langkah-Langkah Menentukan Tarif Kamar Optimal

Analisis Musiman & Data Historis

Awali dengan memetakan pola booking setahun terakhir. Identifikasi periode high season, low season, dan event khusus (misalnya konser, festival, atau hari besar keagamaan). Data historis ini menjadi dasar untuk menentukan kalender harga.

Memanfaatkan Fitur Penetapan Harga OTA

Banyak OTA menyediakan fitur harga berbasis periode, promo musiman, hingga diskon mobile-only. Properti kecil sering kali melewatkan fitur ini, padahal justru bisa jadi senjata untuk menarik tamu. Contoh sederhana: diskon 10% untuk pemesanan lewat aplikasi seluler bisa mendorong visibilitas listing lebih tinggi di Traveloka atau Agoda.

Tools & Praktik Terbaik

Perbandingan Platform OTA Populer

Setiap OTA memiliki algoritma berbeda. Booking.com cenderung memberi bobot lebih besar pada properti dengan fleksibilitas harga dan promo aktif. Agoda fokus pada mobile visibility. Traveloka agresif dengan program promosi musiman. Menyesuaikan strategi harga sesuai karakteristik platform membuat properti lebih kompetitif.

Monitoring & Penyesuaian Harian

Harga ideal hari ini belum tentu relevan minggu depan. Pemilik properti perlu rutin memonitor harga kompetitor dan tren pencarian. Tools sederhana seperti Google Trends atau fitur rate intelligence di channel manager bisa membantu. Prinsipnya: harga bukan ditetapkan sekali, melainkan dikelola secara aktif.

Studi Kasus Singkat

Sebuah guesthouse dengan 10 kamar di Yogyakarta mencoba menerapkan strategi dynamic pricing sederhana:

• Tarif dinaikkan 20% pada high season (Juni–Juli & Desember).

• Promo 15% untuk pemesanan lebih dari 3 malam (LOS pricing).

• Diskon mobile-only 10% di OTA besar.

Hasilnya, tingkat RevPAR meningkat hingga 20% dalam enam bulan, meski okupansi rata-rata tetap sama. Kuncinya bukan hanya menjual lebih banyak kamar, melainkan menjual kamar dengan harga yang benar pada saat yang tepat.

Kesimpulan

Dynamic pricing bukan sekadar konsep untuk hotel besar. Villa, guesthouse, dan homestay pun bisa mengaplikasikannya dengan langkah sederhana: pahami pola musiman, manfaatkan fitur OTA, dan lakukan penyesuaian harga secara rutin.

Dengan strategi yang tepat, pendapatan bisa meningkat signifikan tanpa perlu menambah kamar atau fasilitas.

👉 Ingin tahu bagaimana properti Anda bisa menerapkan strategi ini secara praktis?

📞 Hubungi tim SYF Hospitality di WhatsApp 0859-2438-9500

🌐 Kunjungi syfhospitality.com